Breaking News
recent

Taman Nasional Bukit Tiga Puluh; Riau-Jambi

Unit Pelaksana Teknis
:
Balai Taman Nasional Bukit Tiga Puluh
Propinsi
:
Riau-Jambi
Kota/Kabupaten
:
  • Provinsi Riau, meliputi dua kabupaten – Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir
  • Provinsi Jambi, meliputi dua kabupaten – Tanjung Jabung Barat dan bungo Tebo
Luas (Hektar)
:
± 111.223 Ha
No. SK
:
Surat Keputusan Menteri Kehutanan no.6407/Kpts-II/2002
Tanggal SK
:
21 Juni 2002
KEADAAN FISIK KAWASAN
Secara administrasi pemerintahan,Terletak diantara Provinsi Riau (Kabupaten Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir) serta Provinsi Jambi(Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Bungo Tebo)
Berdasarkan kondisi topografinya ekosistem hutan di Taman Nasional Bukit Tigapuluh dikategorikan sebagai hutan hujan tropika dataran rendah, karena memiliki iklim yang selalu basah, tanah kering dan ketinggian dibawah 1.000 m dpl.
Di wilayah Propinsi Jambi terletak di Kabupaten Tebo ( seluas 23.000 ha) dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat (seluas 10.000 ha). Sedangkan di wilayah Propinsi Riau terletak di Kabupaten Indragiri Hulu (seluas 81.223 ha) dan kabupaten Indragiri Hilir (seluas 30.000 ha).
Kawasan TN. Bukit Tigapuluh merupakan daerah perbukitan yang cukup curam dengan ketinggian antara 60 m sampai 843 m dpl, dengan puncak tertinggi terdapat pada Bukit Supin. Daerah perbukitan tersebut terpisah dengan rangkaian pegunungan Bukit Barisan yang memanjang dari selatan ke utara di Pulau Sumatera.
Jenis tanah yang terdapat di kawasan tersebut adalah Podsolik Merah Kuning dengan kedalaman bervariasi antara 40 cm - 150 cm.
Kawasan TN. Bukit Tigapuluh merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Gansal di Propinsi Riau dan Sungai Batang Hari di Propinsi Jambi, serta terdapat beberapa Sub DAS seperti Sungai Cinaku, Keritang, Pengabuhan dan Sumai.
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, kawasan TN. Bukit Tigapuluh termasuk iklim tipe B. Curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2.577 mm/tahun, tertinggi pada bulan Oktober (347 mm) dan terendah pada bulan Juli (83 mm). TN. Bukit Tigapuluh memiliki udara yang sejuk dengan suhu bulanan maksimum 33'C pada bulan Agustus dan suhu minimum 20,8'C pada bulan Januari.
Dilihat dari segi penyebarannya, vegetasi di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh termasuk dalam zona vegetasi Indonesia bagian barat dengan jenis-jenis pohon yang dominan suku Diterocarpaceae.Berdasarkan perbedaan struktur tegakan, komposisi jenis dan fisiognominya, ekosistem Taman Nasional Bukit Tigapuluh terdiri dari 4 macam, yaitu:
Hutan alam primer: hutan hujan tropika yang masih alami belum terganggu oleh aktivitas pembalakan kayu. Jenis yang dominan di sub ekosistem ini umumnya berasal dan suku Dipterocarpaceae, yaitu jenis-jenis meranti (seperti Shorea abovoida dan S. accummata)
Hutan terganggu: kawasan hutan alam yang telah mengalami penebangan. Pada sub ekosistem ini dikuasai oleh jenis-jenis yang berasal dari suku Euphorbiaceae, antara lain Elastriopermum tapos dan Baccaurea racemosa.
Hutan belukar (hutan sekunder): kawasan yang telah dibuka untuk dijadikan perladangan kemudian ditinggalkan dan dijadikan ladang kembali pada periode berikutnya. Jenis-jenis yang mendominasi pada sub ekosistem ini umumnya adalah jenis-jenis pioner, seperti Macaranga gigantea dan M. triloba.
Kebun karet: kawasan yang digunakan oleh masyarkat untuk berkebun dengan jenis tanaman utama berupa karet (Hevea brasiliensis). 
POTENSI BIOTIK KAWASAN
Ekosistem;
  • Gunung:-
  • Danau: -
  • Sungai: -
Flora;
Identifikasi Sementara: Sesuai dengan letak geografisnya, tumbuhan yang dominan relatif sama dengan tumbuh-tumbuhan hujan tropika dataran rendah yang ada di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan dan Semenanjung Melayu. Namun demikian berdasarkan penelitian dan eksplorasi botani yang telah dilakukan telah terindentifikasi 176 jenis tumbuhan dan ditemukan beberapa spesies yang unik dan diduga langka diantaranya: cendawan muka rimau (Rafflesia hasseltii), salo (Johannesteijsmannia altifrons), mapau (Pinanga multiflora), mapau kalui (Iguanura wallichiana), jelutung (Dyera costulata), jernang (Daemonorops draco), meranti (Shorea peltata), kayu gaharu ( Aquilaria malacensis,) rotan (Calamus ciliaris dan Calamus exilis), ramin (Gonistylus bancanus), kemenyan (Styrax benzoin), pasak bumi (Eurycoma longifolia), pinang bacung (Nenga sp.), kabau tupai (Archidendron bubalinum), akar mendera (Phanera kochiana), keduduk rimba (Baccaurea racemosa), dan silima tahun (Baccaurea stipulata).Cendawan muka rimau merupakan tumbuhan khas dan endemik Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Jenis flora lainya antara lain getah merah (Palaquium spp), pulai (Alstonia scolaris ), kempas (Koompassia excelsa), rumbai ( Shorea spp ), medang (Litsea sp, Dehaasia sp), kulit sapat (Parashorea sp.), bayur (Pterospermum javanicum), kayu kelat ( Eugenia sp), dan kasai (Pometia pinnata). Beberapa sumberdaya tumbuhan yang ada di dalam dan sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh telah dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk kebutuhan pengobatan. Suku Melayu memanfaatkan 182 jenis tumbuhan untuk mengobati 45 macam penyakit, dan 8 jenis cendawan (jamur) untuk 8 macam penyakit. Suku Talang Mamak memanfaatkan 110 jenis tumbuhan obat untuk mengobati 56 macam penyakit dan 22 jenis cendawan untuk mengobati 18 macam penyakit. Dari kekayaan alam yang banyak tersebut, terdapat 51 tumbuhan obat, 8 cendawan obat dan 2 binatang obat yang mempunyai prospek sangat baik untuk diteliti dan dikembangkan.Jenis-jenis tumbuhan yang biasa digunakan untuk obat-obatan masyarakat asli taman nasional, antara lain akar kunyit (Dilenia sp.), akar kelobosan (Rourea sp), kayu manau (Canarium litorale), kemenyan (Stryrax benzoin), cabai tempala (Piper canium), lase putih, pasak bumi (Eurycoma longifolia), kulim (Scorodocarpus borneensis), lumpang (Sterculia oblongata), dan palem batang isi (Arenga sp.). Disamping sebagai obat sumberdaya tumbuhan juga dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, tercatat 486 jenis tumbuhan hutan yang telah dimanfaatkan dan 158 jenis tumbuhan hutan sudah dibudidayakan. Tumbuhan yang telah dimanfaatkan tersebut terdiri atas 27 jenis sebagai tumbuhan hias, 16 jenis sebagai bumbu masak, 10 jenis sebagai sumber karbohidrat, 5 jenis sebagai penghasil lateks dan resin, 26 jenis untuk keperluan ritual dan magis, 18 jenis sebagai sumber papan kayu, 21 jenis sebagai sumber tali-temali, dan 3 jenis sebagai sumber pewarna.
Berikut rincian flora di wilayah konservasi ini:
Endemik: -...? Lumut ===> click here
Rumput ===> click here
Paku-pakuan ===> click here
Semak ===> click here
Berkayu ===> click here
Mangrove ===> click here
Fauna;
Identifikasi Sementara: ditemukan minimal 59 jenis mamalia, beberapa diantaranya terancam punah, yaitu harimau sumatera (Panthera tigris sumatraensis), Gajah Asia (Elephas maximus), berang-berang (Aonyx cinerea), macan dahan (Neofelis nebulosa), kucing keemasan (Catopuma Temminckii), kelelawar buah spotted-winged (Balionycteris maculate), kelelawar buah white-collared (Megaerops wetmorei)dan tapir Melayu (Tapirus indicus). Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatraensis) mempunyai daerah jelajah yang luas, hingga memanfaatkan kawasan di sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh sering ditemukan di konsesi MPH PT. IFA, PT. Dalek Hutani Esa, dan PT Natma Hutani. Karena fungsinya dalam ekosistem Taman Nasional Bukit Tigapuluh dan daya tariknya, maka harimau Sumatera telah ditetapkan sebagai satwa utama di kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Sesuai temuan yang terekam camera trap, populasi harimau Sumatera di kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh diperkirakan sebanyak 20-30 ekor (PHKS, 2004). Di dalam dan di sekitar kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh juga ditemukan 6 jenis primata, yaitu simpai (Presbytis melalophos), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), beruk (Macaca nemestrina), ungko (Hylobates agilis), siamang (Symphalangus syndactylus), dan kokah (Presbytis femoralis).Selain itu di kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh terdapat 193 jenis burung atau sepertiga jenis burung di Pulau Sumatera (Danielsen & Heegaard, 1994). Diantara jenis-jenis tersebut tergolong langka dan hampir langka, yaitu bangau storm (Ciconia stormi), bangau tongtong (Leptoptilos javanicus), Anghinga melanogaster, itik air (Cairina scutulata), puyuh hitam (Melanoperdix nigra), sempidan merah (Lophura erythrophthalma), sempidan biru (Lophura ignita), paruh kodok besar (Batrachostamus auritius), rangkong gading (Buceros vigil), paok delima (Pitta granatina), dan asi dada-kelabu (Melacopteron albogulare). Beberapa jenis diantaranya merupakan jenis endemik di Sumatera, yaitu itik air, rangkong papan, cucak kuning (Pycnonotus melanicterus), pelatuk (Trichastoma tickelli) dan bondol tunggir putih (Lonchura striata).Tercatat minimal 134 jenis serangga di dalam dan sekitar kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Melihat potensinya, kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh merupakan salah satu kawasan riset serangga yang menarik di Pulau Sumatera.Keanekaragaman jenis ikannya menurut Siregar et al. (1994) mencakup 25 famili, 52 genus, dan 97 spesies. Selain itu 18 jenis kelelawar hidup di kawasan Taman Nasional
Berikut rincian fauna yang diidentifikasi di wilayah konservasi ini:
Endemik: -
Amfibi ===> click here
Burung:
-Burung Biasa ===> click here
-Burung Penyanyi ===> click here
Ikan ===> click here
Insect ===> click here
Mamalia ===> click here
Reptil ===> click here
Terumbu Karang ===> click here
Location:


koordinat: -0.9245827,100.2299103
Sumber: 
Bhre Polo

Bhre Polo

No comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.