Breaking News
recent

Ficus Sp.

Klasifikasi:
Kingdom:
(unranked):
(unranked):
(unranked):
Order:
Family:
Tribe:
Ficeae
Gaudich.
Genus:
Ficus
L.
Nama Lain: ara, pohon ara atau kayu ara (Mink. kayu aro; Sd. ki ara; bahasa Inggris: fig trees atau figs)
Deskripsi:
Ficus adalah genus tumbuh-tumbuhan yang secara alamiah tumbuh di daerah tropis dengan sejumlah spesies hidup di zona ugahari. Terdiri dari sekitar 850 spesies, jenis-jenis Ficus ini dapat berupa pohon kayu, semak, tumbuhan menjalar dan epifit serta hemi-epifit dalam familia Moraceae.
Ara (Ficus) kebanyakan berupa tumbuhan tropis yang hijau sepanjang tahun dan menghuni berbagai relung ekologi, namun beberapa spesies yang menggugurkan daun tumbuh terbatas di daerah di luar wilayah tropis dan di dataran tinggi. Jenis-jenis ara dikenali dari perbungaannya yang unik dan pola penyerbukannya (en:pollination syndrome) yang khas, yang melibatkan sejenis tawon dari familia Agaonidae untuk menyerbuki bunga-bunganya yang tertutup.
Identifikasi jenis dari banyak spesiesnya agak sukar dilakukan, akan tetapi sebagai suatu kelompok, ara relatif mudah terbedakan dari jenis-jenis tumbuhan lainnya. Banyak di antaranya yang memiliki akar gantung atau akar udara, bentuk perawakan yang khas; serta bentuk buah yang unik, yang membedakan kelompok ini dari tetumbuhan yang lain. Buah ara sebetulnya adalah karangan bunga tertutup yang dikenal sebagai bunga periuk (syconium); disebut demikian karena bentuknya menyerupai periuk tertutup atau hampir tertutup, di mana pada dinding dalamnya berjejal-jejal kuntum-kuntum bunga ara yang berukuran amat kecil. Kelak, jika bunga-bunga ini telah berkembang menjadi buah, dengan ukuran yang sama kecilnya, barulah tepat dapat disebut sebagai buah, meskipun juga hanya buah semu.
Ciri-ciri vegetatif ara yang cukup khas, di antaranya, adalah adanya getah (lateks) putih hingga kekuningan, beberapa jenisnya dengan jumlah yang melimpah, yang keluar apabila bagian-bagian tumbuhan ara ini dilukai. Kuncup daunnya di ujung ranting terlindungi oleh sepasang daun penumpu yang lekas rontok, meninggalkan bekas berupa cincin di buku-buku rantingnya. Serta, tulang daun lateral yang pertama cenderung lurus dan menyudut terhadap ibu tulang daun di bagian pangkal daun; membentuk pola tiga-cabang (tri-veined) yang khas. Getah putih dan sepasang daun penumpu yang meninggalkan bekas cincin juga merupakan ciri suku Moraceae.
Buah ara merupakan sumber makanan penting bagi sejumlah hewan pemakan buah (frugivora), termasuk kelelawar buah (Megabat; fruit bats), monyet kapusin, monyet langur (Colobinae) dan lain-lain. Dengan demikian pohon-pohon ara merupakan spesies kunci (keystone species) di banyak ekosistem hutan hujan tropika. Terlebih lagi sangat penting untuk berjenis-jenis burung, seperti takur (Megalaimidae), punai, rangkong, perkici (Cyclopsittacini) dan merbah yang hampir sepenuhnya hidup dari buah ara pada musim buahnya. Sementara itu, banyak ulat berbagai jenis Lepidoptera yang makan daun-daun ara, misalnya beberapa spesies Euploea, Danaus chrysippus, Papilio cresphontes (kupu-kupu Giant Swallowtail), Badamia exclamationis, dan Chrysodeixis eriosoma, Choreutidae serta Copromorphidae. Larva sejenis kumbang tanduk Anoplophora chinensis, melubangi dan memakan kayu-kayuan, termasuk kayu pohon ara; kadang-kadang menjadi hama di perkebunan ara. Serupa dengannya, ngengat sejenis hama putih Bemisia tabaci sering didapati menjadi hama bagi ara hias yang ditanam dalam pot; hama ini kemudian tersebar ke berbagai tempat bersama pengiriman tanaman hias ini.
Penyebaran:
Pohon Ara banyak dijumpai di seluruh Indonesia. Beberapa macam spesies Ficus juga dipergunakan dan masuk ke dalam budaya Indonesia. Misalnya, beringin (Ficus benjamina) yang selalu ditanam dalam jumlah tertentu di alun-alun menurut tradisi Jawa. Tabat barito (Ficus deltoidea) diseduh seperti teh oleh masyarakat Gayo untuk afrodisiak. Begitu juga oleh masyarakat Sunda yang mempergunakan tumbuhan ini sebagai obat. Uyah-uyahan (Ficus Pumila var. quercifolia) juga direbus dan air rebusannya diminum untuk mengobati kencing batu dan oleh masyarakat Suku Bali Aga, tumbuhan ini dibalur bersamaan dengan garam untuk mengobati penyakit kulit. Pohon ini juga dipakai untuk mengobati penyakit kembung. Untuk mengobati teriris benda tajam, getah benying (Ficus fistulosa) dioles pada luka hingga kering 1-2 kali sehari. Sedangkan, di Sumba ara ditumbuk dan direbus untuk mengobati cacingan. Awar-awar (Ficus septica) digunakan pula oleh di Sumba untuk ibu yang baru saja melahirkan dan, di pihak lain, oleh masyarakat Tolaki digunakan untuk aborsi.
Sumber:
Bhre Polo

Bhre Polo

No comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.