Breaking News
recent

Taman Nasional Tesso Nilo; Riau

Unit Pelaksana Teknis
:
Balai Taman Nasional Tesso Nilo
Propinsi
:
Riau
Kabupaten
:
Pelalawan
Luas (Hektar)
:
38.576
No. SK
:
SK Menhut No: 255/Menhut-II/2004
Tanggal SK
:
19 Juli 2004
KEADAAN FISIK KAWASAN
Taman Nasional Tesso Nilo adalah sebuah taman nasional yang terletak di provinsi Riau, Indonesia. Taman nasional ini diresmikan pada 19 Juli 2004 dan mempunyai luas sebesar 38.576 hektare.
Kawasan yang masuk wilayah taman nasional ini adalah kawasan bekas Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang terletak di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu. Hingga kini di sekelilingnya masih terdapat kawasan HPH.
Dengan SK Menhut No: 255/Menhut-II/2004 tanggal 19 Juli 2004, bagian dari Blok Hutan Tesso Nilo itu seluas ±38.576 Ha ditingkatkan statusnya menjadi kawasan konservasi, yaitu Taman Nasional. Pada Tahun 2009 TN. Tesso Nilo diperluas menjadi ± 83.068 Ha melalui Surat Keputusan Menhut Nomor. SK. 663/Menhut-II/2009 tanggal 15 Oktober 2009.
Secara administratif pemerintahan, sebagian besar dari kawasan TNTN berada di dalam wilayah Kabupaten Pelalawan sebagian kecil berada di dalam wilayah Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau.
Kawasan hutan Tesso Nilo, dulu dikenal sebagai kawasan hutan Langgam, pada awalnya ditetapkan sebagai Hutan Produksi Terbatas untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri dan produk kayu lainnya. Namun, seiring dengan hilangnya hutan maka permasalahan baru juga timbul. Pada tahun 1980 permasalahan gajah sudah mulai timbul karena dibukanya kawasan hutan Tesso Nilo untuk daerah pemukiman transmigrasi. Sejak itu gajah selalu mendatangi kampung dan merusak lahan tanaman masyarakat. Pada tahun 1983, satu ekor gajah betina ditemukan mati di daerah Segati - Langgam. Pada tahun 1984, gangguan gajah di Propinsi Riau semakin meningkat, sehingga pemerintah mencadangkan habitat gajah yang salah satunya adalah Tesso Nilo. Pencadangan habitat gajah di kawasan hutan Tesso Nilo oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup (Dr. Emil Salim) yang pada akhirnya tidak terealisasi.
Pada tahun 1992 Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Propinsi Riau melakukan Survei Rencana Daerah Pengungsian Satwa Gajah dan Satwa Liar Lainnya di sebagian hutan Tesso Nilo. Kemudian Menteri Kehutanan mengusulkan hal yang sama, namun tidak ada realisasinya.
Pada tanggal 30 April tahun 2001, Gubernur Riau mengusulkan kembali kawasan Tesso Nilo dengan luas ± 153.000 hektar sebagai kawasan Konservasi Gajah. Usulan kawasan konservasi Tesso Nilo tersebut mendapatkan dukungan dari Pemerintah Kabupaten, Propinsi dan DPRD, antara lain :
  • Bupati Pelalawan dengan surat No. 050/EK/IV/2001, tanggal 7 April 2001 (dicabut kembali melalui surat No. 661/Bappeda/488, April 2001).
  • Bupati Kampar dengan surat No. 500/EK/IV/2001, tanggal 7 April 2001.
  • DPRD Kabupaten Kuantan Singingi dengan surat No:66/DPRD-KS/170/2001, tanggal 5 April 2001.
  • DPRD Kabupaten Kampar dengan surat No. 170/124/DPRD/2001, tanggal 7 April 2001.
  • DPRD Kabupaten Pelalawan dengan surat No. 66/DPRD/IV/2001, tanggal 16 April 2001.
  • DPRD Propinsi Riau dengan surat No. 446/2001-4/UM/246, tanggal 16 April 2001.Kepala Badan 
  • Planologi Departemen Kehutanan melalui surat No. 650/VII-Set/2001, tanggal 17 September 2001 pada prinsipnya mendukung langkah-langkah yang diambil oleh Gubernur Riau tersebut. 
Oleh karena itu diadakan pertemuan antara instansi Direktorat Jenderal PHKA, Badan Planologi Kehutanan, Pemerintah Daerah Propinsi, Dinas Kehutanan Propinsi dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Propinsi Riau.
POTENSI BIOTIK KAWASAN 
Ekosistem;
  • Gunung:-
  • Danau: -
  • Sungai: -
Flora;
Potensi Flora di TNTN diperkirakan memiliki 360 jenis tumbuhan vascular/pohon yang tergolong kedalam 165 marga dan 57 suku (dalam satu hektar). Jenis tumbuhan yang dilindungi di antaranya Kayu batu (Irvingia malayanga), Kempas (Koompasia malaccensis), Jelutung (Dyera polyphylla), Kulim (Scorodocarpus borneensis), Tembesu (Fragraea fragrans), Gaharu (Aqualaria malaccensis) dan Ramin (Gonystylus bancanus).
Berikut rincian flora di wilayah konservasi ini: 
Endemik: -...?
Lumut ===> click here
Rumput ===> click here
Paku-pakuan ===> click here
Semak ===> click here
Berkayu ===> click here
Mangrove ===> click here

Fauna;
Terdapat 107 jenis burung, di antaranya Beo sumatra (Gracula religiosa), Kipas (Rhipidura albicollis), Sempidan merah (Lophura erythropthalma), Sempidan biru (Lophura ignita), Julang jambul hitam (Aceros corrugatus) dan Empuloh paruh kait (Setornis criniger); 23 jenis mamalia yang di antaranya terdapat jenis dilindungi seperti Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus), Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), Tapir (Tapirus indicus), Beruang madu (Helarctos malayanus) dan Trenggiling (Manis javanica); 3 jenis primata, di antaranya Ungko (Hylobates agilis) dan Siamang (Hylobates syndactylus) yang merupakan jenis primata dilindungi; 50 jenis ikan dan 33 jenis herpetofauna (15 jenis reptil dan 18 jenis amfibi).
Berikut rincian fauna yang diidentifikasi di wilayah konservasi ini:
Endemik: -
Amfibi ===> click here
Burung:
-Burung Biasa ===> click here
-Burung Penyanyi ===> click here
Ikan ===> click here
Insect ===> click here
Mamalia ===> click here
Reptil ===> click here
Terumbu Karang ===> click here

Location:


koordinat: -0.075828,101.4829808
Sumber: 
Bhre Polo

Bhre Polo

No comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.